Pemberian ucapan selamat Natal baik dengan lisan, telepon, sms, email ataupun pengiriman kartu berarti sudah memberikan pengakuan terhadap agama mereka dan rela dengan prinsip-prinsip agama mereka. Hal ini dilarang oleh Allah swt dalam firman-Nya,

Artinya : “Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Az Zumar : 7)

Jadi pemberian ucapan Selamat Hari Natal kepada orang-orang Nasrani baik ia adalah kerabat, teman dekat, tetangga, teman kantor, teman sekolah dan lainnya adalah haram hukumnya, sebagaimana pendapat kelompok pertama (Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim, Ibn Baaz dan lainnya) dan juga fatwa MUI.

Namun demikian setiap muslim yang berada diantara lingkungan mayoritas orang-orang Nasrani, seperti muslim yang tempat tinggalnya diantara rumah-rumah orang Nasrani, pegawai yang bekerja dengan orang Nasrani, seorang siswa di sekolah Nasrani, seorang pebisnis muslim yang sangat tergantung dengan pebisinis Nasrani atau kaum muslimin yang berada di daerah-daerah atau negeri-negeri non muslim maka boleh memberikan ucapan selamat Hari Natal kepada orang-orang Nasrani yang ada di sekitarnya tersebut disebabkan keterpaksaan. Ucapan selamat yang keluar darinya pun harus tidak dibarengi dengan keredhoan didalam hatinya serta diharuskan baginya untuk beristighfar dan bertaubat.
Diantara kondisi terpaksa misalnya; jika seorang pegawai muslim tidak mengucapkan Selamat Hari Natal kepada boss atau atasannya maka ia akan dipecat, karirnya dihambat, dikurangi hak-haknya. Atau seorang siswa muslim apabila tidak memberikan ucapan Selamat Natal kepada Gurunya maka kemungkinan ia akan ditekan nilainya, diperlakukan tidak adil, dikurangi hak-haknya. Atau seorang muslim yang tinggal di suatu daerah atau negara non muslim apabila tidak memberikan Selamat Hari Natal kepada para tetangga Nasrani di sekitarnya akan mendapatkan tekanan sosial dan lain sebagainya.

Artinya : “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (QS. An Nahl : 106)

Adapun apabila keadaan atau kondisi sekitarnya tidaklah memaksa atau mendesaknya dan tidak ada pengaruh sama sekali terhadap karir, jabatan, hak-hak atau perlakuan orang-orang Nasrani sekelilingnya terhadap diri dan keluarganya maka tidak diperbolehkan baginya mengucapkan Selamat Hari Natal kepada mereka.
9 Penemuan Muslim yang Mengguncang Dunia

9 Penemuan Muslim yang Mengguncang Dunia


1. Kopi

Saat ini warga dunia meminum sajian khas tersebut tetapi, kopi pertama kali
dibuat di Yaman pada sekitar abad ke-9. Pada awalnya kopi membantu kaum
sufi tetap terjaga ibadah larut malam. Kemudian dibawa ke Kairo oleh
sekelompok pelajat yang kemudian kopi disukai oleh seluruh kerajaan. Pada
abad ke-13 kopi menyeberang ke Turki, tetapi baru pada abad ke-16 ketika
kacang mulai direbus di Eropa, kopi dibawa ke Italia oleh pedagang Venesia.

2.Operasi Bedah

Sekitar tahun 1000, seorang dokter Al Zahrawi mempublikasikan 1500
halaman ensiklopedia berilustrasi tentang operasi bedah yang digunakan di
Eropa sebagai referensi medis selama lebih dari 500 tahun. Diantara banyak
penemu, Zahrawi yang menggunakan larutan usus kucing menjadi benang
jahitan, sebelum menangani operasi kedua untuk memindahkan jahitan pada
luka. Dia juga yang dilaporkan melakukan operasi caesar dan menciptakan
sepasang alat jepit pembedahan.

3. Mesin Terbang

Abbas ibn Firnas adalah orang pertama yang mencoba membuat konstruksi
sebuah pesawat terbang dan menerbangkannya. Di abad ke-9 dia mendesain
sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya kostum
burung. Dalam percobaannya yang terkenal di Cordoba Spanyol, Firnas
terbang tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan
mematahkan tulang belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak
terduga menjadi inspirasi bagi seniman Italia Leonardo da Vinci ratusan tahun
kemudian.

4. Universitas

Pada tahun 859 seorang putri muda bernama Fatima al-Firhi mendirikan
sebuah universitas tingkat pertama di Fez Maroko. Saudara perempuannya
Miriam mendirikan masjid indah secara bersamaan menjadi masjid dan
universitas al-Qarawiyyin dan terus beroperasi selama 1.200 tahun kemudian.
Hassani mengatakan dia berharap orang akan ingat bahwa belajar adalah inti
utama tradisi Islam dan cerita tentang al-Firhi bersaudara akan menginspirasi
wanita muslim di mana pun di dunia.

5. Aljabar

Kata aljabar berasal dari judul kitab matematikawan terkenal Persia abad ke-9
‘Kitab al-Jabr Wal-Mugabala’, yang diterjemahkan ke dalam buku ‘The Book of
Reasoning and Balancing’. Membangun akar sistem Yunani dan Hindu, aljabar
adalah sistem pemersatu untuk nomor rasional, nomor tidak rasional dan
gelombang magnitudo. Matematikawan lainnya Al-Khwarizmi juga yang
pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan yang bisa
menjadi kekuatan.

6. Optik

“Banyak kemajuan penting dalam studi optik datang dari dunia muslm,” ujar
Hassani. Diantara tahun 1.000 Ibn al-Haitham membuktikan bahwa manusia
melihat obyek dari refleksi cahaya dan masuk ke mata, mengacuhkan teori
Euclid dan Ptolemy bahwa cahaya dihasilkan dari dalam mata sendiri.
Fisikawan hebat muslim lainnya juga menemukan fenomena pengukuran
kamera di mana dijelaskan bagaimana mata gambar dapat terlihat dengan
koneksi antara optik dan otak.

7. Musik

Musisi muslim memiliki dampak signifikan di Eropa. Di antara banyak instrumen
yang hadir ke Eropa melalui timur tengah adalah lute dan rahab, nenek
moyang biola. Skala notasi musik modern juga dikatakan berasal dari alfabet
Arab.

8. Sikat Gigi

Menurut Hassani, Nabi Muhammad SAW mempopulerkan penggunaan sikat gigi
pertama kali pada tahun 600. Menggunakan ranting pohon Miswak, untuk
membersihkan gigi dan menyegarkan napas. Substansi kandungan di dalam
Miswak juga digunakan dalam pasta gigi modern.

9. Engkol

Banyak dasar sistem otomatis modern pertama kali berasal dari dunia muslim,
termasuk pemutar yang menghubungkan sistem. Dengan mengkonversi
gerakan memutar dengan gerakan lurus, pemutar memungkinankan obyek
berat terangkat relatif lebih mudah. Teknologi tersebut ditemukan oleh
Al-jazari pada abad ke-12, kemudian digunakan dalam penggunaan sepeda
hingga kini.



Kehidupan modern tak lepas dari penemuan-penemuan
ilmuwan muslim. Proyek 1001 kembali mengingatkan sejarah 1000 tahun
warisan muslim yang terlupakan.
“Ada sebuah lubang dalam ilmu pengetahuan manusia, melompat dari zaman
Renaisans langsung kepada Yunani,” ujar Chairman Yayasan Sains, Teknologi
dan Peradaban Profesor Salim al-Hassani pemimpin 1001 Penemuan.
Saat ini Penemuan 1001 sedang pameran di Museum Sains London. Hassani
mengharapkan pameran tersebut akan menegaskan kembali kontribusi
peradaban non-barat, seperti kerajaan muslim yang suatu waktu pernah
menutupi Spanyol dan Portugis, Italia selatan dan terbentang seluas daratan
China.
Oleh : Habib Mundzir Al Musawa
Tawassul
Memang banyak pemahaman saudara-saudara kita muslimin yang perlu diluruskan tentang tawassul, tawassul adalah berdoa kepada Allah dengan perantara amal shalih, orang shalih, malaikat, atau orang-orang mukmin. Tawassul merupakan hal yang sunnah, dan tak pernah ditentang oleh Rasul saw, tak pula oleh Ijma Sahabat radhiyallahuanhum, tak pula oleh Tabiin, dan bahkan para Ulama dan Imam-Imam besar Muhadditsin, mereka berdoa tanpa perantara atau dengan perantara, dan tak ada yang menentangnya, apalagi mengharamkannya, atau bahkan memusyrikkan orang yang mengamalkannya.


Pengingkaran hanya muncul pada abad ke 19-20 ini, dengan munculnya sekte sesat yang memusyrikkan orang-orang yang bertawassul, padahal Tawassul adalah sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits shahih dibawah ini : Wahai Allah, Demi orang-orang yang berdoa kepada Mu, demi orang-orang yang bersemangat menuju (keridhoan) Mu, dan Demi langkah-langkahku ini kepada (keridhoan) Mu, maka aku tak keluar dengan niat berbuat jahat, dan tidak pula berniat membuat kerusuhan, tak pula keluarku ini karena Riya atau sumah.. hingga akhir hadits. (HR Imam Ahmad, Imam Ibn Khuzaimah, Imam Abu Naiem, Imam Baihaqy, Imam Thabrani, Imam Ibn Sunni, Imam Ibn Majah dengan sanad Shahih). Hadits ini kemudian hingga kini digunakan oleh seluruh muslimin untuk doa menuju masjid dan doa safar.


Tujuh Imam Muhaddits meriwayatkan hadits ini, bahwa Rasul saw berdoa dengan Tawassul kepada orang-orang yang berdoa kepada Allah, lalu kepada orang-orang yang bersemangat kepada keridhoan Allah, dan barulah bertawassul kepada Amal shalih beliau saw (demi langkah2ku ini kepada keridhoan Mu).


Siapakah Muhaddits?, Muhaddits adalah seorang ahli hadits yang sudah hafal 10.000 (sepuluh ribu) hadits beserta hukum sanad dan hukum matannya, betapa jenius dan briliannya mereka ini dan betapa Luasnya pemahaman mereka tentang hadist Rasul saw, sedangkan satu hadits pendek, bisa menjadi dua halaman bila disertai hukum sanad dan hukum matannya. Lalu hadits diatas diriwayatkan oleh tujuh Muhaddits.., apakah kiranya kita masih memilih pendapat madzhab sesat yang baru muncul di abad ke 20 ini, dengan ucapan orang-orang yang dianggap muhaddits padahal tak satupun dari mereka mencapai kategori Muhaddits , dan kategori ulama atau apalagi Imam Madzhab, mereka bukanlah pencaci, apalagi memusyrikkan orang-orang yang beramal dengan landasan hadits shahih.


Masih banyak hadits lain yang menjadi dalil tawassul adalah sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits yang dikeluarkan oleh Abu Nu'aim, Thabrani dan Ibn Hibban dalam shahihnya, bahwa ketika wafatnya Fathimah binti Asad (Bunda dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, dalam hadits itu disebutkan Rasul saw rebah/bersandar dikuburnya dan berdoa : Allah Yang Menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Hidup tak akan mati, ampunilah dosa Ibuku Fathimah binti Asad, dan bimbinglah hujjah nya (pertanyaan di kubur), dan luaskanlah atasnya kuburnya, Demi Nabi Mu dan Demi para Nabi sebelum Mu, Sungguh Engkau Maha Pengasih dari semua pemilik sifat kasih sayang.", jelas sudah dengan hadits ini pula bahwa Rasul saw bertawassul di kubur, kepada para Nabi yang telah wafat, untuk mendoakan Bibi beliau saw (Istri Abu Thalib).
Demikian pula tawassul Sayyidina Umar bin Khattab ra. Beliau berdoa meminta hujan kepada Allah : Wahai Allah.. kami telah bertawassul dengan Nabi kami (saw) dan Engkau beri kami hujan, maka kini kami bertawassul dengan Paman beliau (saw) yang melihat beliau (saw), maka turunkanlah hujan..?. maka hujanpun turun. (Shahih Bukhari hadits no.963 dan hadits yang sama pada Shahih Bukhari hadits no.3508).


Umar bin Khattab ra melakukannya, para sahabat tak menentangnya, demikian pula para Imam-Imam besar itu tak satupun mengharamkannya, apalagi mengatakan musyrik bagi yang mengamalkannya, hanyalah pendapat sekte sesat ini yang memusyrikkan orang yang bertawassul, padahal Rasul saw sendiri berrtawassul. Apakah mereka memusyrikkan Rasul saw?, dan Sayyidina Umar bin Khattab ra bertawassul, apakah mereka memusyrikkan Umar ?, Naudzubillah dari pemahaman sesat ini.


Mengenai pendapat sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa tawassul hanya boleh pada orang yang masih hidup, maka entah darimana pula mereka mengarang persyaratan tawassul itu, dan mereka mengatakan bahwa orang yang sudah mati tak akan dapat memberi manfaat lagi.., pendapat yang jelas-jelas datang dari pemahaman yang sangat dangkal, dan pemikiran yang sangat buta terhadap kesucian tauhid..
Jelas dan tanpa syak bahwa tak ada satu makhlukpun dapat memberi manfaat dan mudharrat terkecuali dengan izin Allah, lalu mereka mengatakan bahwa makhluk hidup bisa memberi manfaat, dan yang mati mustahil?, lalu dimana kesucian tauhid dalam keimanan mereka? Tak ada perbedaan dari yang hidup dan yang mati dalam memberi manfaat kecuali dengan izin Allah.., yang hidup tak akan mampu berbuat terkecuali dengan izin Allah, dan yang mati pun bukan mustahil memberi manfaat bila dikehendaki Allah. karena penafian kekuasaan Allah atas orang yang mati adalah kekufuran yang jelas.


Ketahuilah bahwa tawassul bukanlah meminta kekuatan orang mati atau yang hidup, tetapi berperantara kepada keshalihan seseorang, atau kedekatan derajatnya kepada Allah swt, sesekali bukanlah manfaat dari manusia, tetapi dari Allah, yang telah memilih orang tersebut hingga ia menjadi shalih, hidup atau mati tak membedakan Kudrat ilahi atau membatasi kemampuan Allah, karena ketakwaan mereka dan kedekatan mereka kepada Allah tetap abadi walau mereka telah wafat.


Contoh lebih mudah, anda ingin melamar pekerjaan, atau mengemis, lalu anda mendatangi seorang saudagar kaya, dan kebetulan mendiang tetangga anda yang telah wafat adalah abdi setianya yang selalu dipuji oleh si saudagar, lalu anda saat melamar pekerjaan atau mungkin mengemis pada saudagar itu, anda berkata : "Berilah saya tuan.. (atau) terimalah lamaran saya tuan, saya mohon.. saya adalah tetangga dekat fulan, nah.. bukankah ini mengambil manfaat dari orang yang telah mati?, bagaimana dengan pandangan bodoh yang mengatakan orang mati tak bisa memberi manfaat??, jelas-jelas saudagar akan sangat menghormati atau menerima lamaran pekerjaan anda, atau memberi anda uang lebih, karena anda menyebut nama orang yang ia cintai, walau sudah wafat, tapi kecintaan si saudagar akan terus selama saudagar itu masih hidup?, pun seandainya ia tak memberi, namun harapan untuk dikabulkan akan lebih besar, lalu bagaimana dengan Arrahmaan Arrhiim, Yang Maha Pemurah dan Maha Menyantuni?? dan tetangga anda yang telah wafat tak bangkit dari kubur dan tak tahu menahu tentang lamaran anda pada si saudagar, NAMUN ANDA MENDAPAT MANFAAT BESAR DARI ORANG YANG TELAH WAFAT.


aduh...aduh... entah apa yang membuat pemikiran mereka sempit hingga tak mampu mengambil permisalan mudah seperti ini. Firman Allah : "MEREKA ITU TULI, BISU DAN BUTA DAN TAK MAU KEMBALI PADA KEBENARAN" (QS Albaqarah-18). Wahai Allah beri hidayah pada kaumku, sungguh mereka tak mengetahui.
Wassalam.
Kontradiksi Al Utsaimin dalam konsep Bid`ah

Kontradiksi Al Utsaimin dalam konsep Bid`ah


Di antara tokoh Wahhabi Saudi adalah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Seperti halnya tokoh-tokoh Wahhabi yang lain semisal Ibn Baz dan al-Albani , al-Utsaimin berupaya dengan sekuat tenaga dan mengerahkan seluruh energi untuk meyakinkan para pengikutnya, para pengagumnya, dan para pemujanya bahwa semua bid’ah itu pasti `sesat’, dan yang namanya `sesat’ pasti masuk `neraka’. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatikan pernyataan al-Utsaimin yang begitu muluk-muluk dalam risala kecil tentang bid’ah yang ditulisnya berjudul al-Ibda’ fi Kamal Syar’i wa Khathar al-Ibtida’ (kreasi tentang kesempurnaan syara’ dan bahayanya bid’ah), berikut ini:
“Hadits semua bid’ah adalah sesat, bersifat global, umurn, menyeluruh (tanpa terkecuali) dan dipagari dengan kata yang menunjuk pada arti menyeluruh dan umum yang paling kuat yaitu kata-kata (seluruh)”. Apakah setelah ketetapan menyeluruh ini, kita dibenarkan membagi bid’ah wenjadi tiga bagian, atau menjadi lima bagian? Selamanya, ini tidak akan pernah benar.” (Muhammad bin Shalih Utsaimin dalam al-Ibda’ fi Kamal al-Syar’i wa Khathar al-Ibtida’, hal. 13).
Lihatlah Pernyataan al-Utsaimin tersebut di atas memberikan pengertian bahwa hadits sernua bid’ah adalah sesat, bersifat general, umum dan menyeluruh terhadap seluruh jenis bid’ah, tanpa terkecuali, sehingga tidak ada satu pun bid’ah yang boleh disebut bid’ah hasanah, apalagi disebut bid’ah mandubah yang mendatangkan pahala bagi pelakunya. Oleh karena itu, membagi bid’ah pada tiga bagian atau lima bagian, menurutnya tidak akan pernah dibenarkan, dan bid’ah tetap selalu ‘sesat’ dan masuk `neraka’. Begitulah menurut dia dan diikuti oleh sejumlah pengikut Salafy Wahhabi di dunia.
Tetapi anehnya tesis ini sulit dipertahankan secara ilmiah oleh Al-`Utsaimin sendiri. Disamping tesis tersebut hanya sebagai bukti kesempitan cara berfikimya dan menyalahi metodologi berfikir para sahabat, ulama salaf dan ahli hadits, tesis di atas justru bertentangan dengan pernyataan al-Utsaimin sendiri di bagian lain dalam bukunya, yang membagi bid’ah menjadi beberapa bagian sesuai dengan pendapat mayoritas ulama. Misalnya ia menyatakan:
“Hukum asal perbuatan baru dalam urusan-urusan dunia adalah halal. Jadi, bid’ah dalam urusan-urusan dunia itu halal, kecuali ada dalil yang menunjukkan keharamannya. Tetapi hukum asal perbuatan Baru dalam urusan-urusan agama adalah dilarang. Jadi, berbuat bid’ah dalam urusan-urusan agama adalah haram dan bid’ah, kecuali ada dalil dari al-Kitab dan Sunnah yang menunjukkan keberlakuannva.” (Al-Utsaimin, Syarh al-Aqidah al Wasithiyyah, hal. 639-640).
Tentu saja pemyataan Mbah Utsaimin ini membatalkan tesis sebelumnya, bahwa semua bid’ah secara keseluruhan itu sesat, dan sesat itu tempatnya di neraka. Narnun kernudian, di sini al-Utsaimin membatalkannya dengan menyatakan bahwa bid’ah dalam urusan dunia, halal semua, kecuali ada dalil yang melarangnya. Bid’ah dalam urusan agama haram dan bid’ah semua, kecuali ada dalil yang membenarkannya. Dengan klasifikasi bid’ah menjadi dua (versi al-Utsaimin), yaitu bid’ah dalam hal dunia dan bid’ah dalam hal agama, dan memberi pengecualian dalam masing-masing bagian, menjadi bukti bahwa al-Utsaimin tidak konsisten dengan pemyataan awalnya (tidak ada pembagian dalam bid’ah). Selain itu, pembagian bid’ah menjadi dua versi ini, tidak memiliki dasar yang dapat dipertanggung­jawabkan, dan hanya retorika Wahhabisme saja dalam mencari mangsa untuk menjadi pengikutnya.
Dalam bagian lain, al-Utsaimin juga menyatakan:
“Di antara kaedah yang ditetapkan adalah bahwa perantara itu mengikuti hukum tujuannya. Jadi perantara tujuan yang disyariatkan, juga disyariatkan. Perantara tujuan yang tidak disyariatkan, juga tidak disyariatkan. Bahkan perantara tujuan yang diharamkan juga diharamkan. Karena itu, pembangunan rnadrasah-rnadrasah, penyusunan ilmu pengetahuan dan kitab-kitab, meskipun bid’ah yang belum pernah ada pada masa Rasulullah dalam bentuk seperti ini, namun ia bukan tujuan, melainkan hanya perantara, sedangkan hukum perantara mengikuti hukum tujuannya. Oleh karena itu, bila seseorang rnembangun madrasah untuk mengajarkan ilmu yang diharamkan, rnaka membangunnya dihukumi haram. Bila ia membangun madrasah untuk rnengajarkan syariat, maka membangunnya disyariatkan.” (Al-Utsaimin, al-Ibda’ fi Kamal Syar’i wa Khathar al-Ibtida’, hal. 18-1 9).
Dalam pernyataan ini Al-Utsaimin juga membatalkan tesis yang diambil sebelumnya. Pada awalnya dia mengatakan, bahwa semua bid’ah secara keseluruhan, tanpa terkecuali adalah sesat, dan sesat tempatnya di neraka, dan tidak akan pemah benar membagi bid’ah menjadi tiga apalagi menjadi lima. Kini, al-Utsaimin telah menyatakan, bahwa membangun madrasah, menyusun ilmu dan mengarang kitab itu bid’ah yang belum pernah ada pada masa Rasulullah namun hal ini bid’ah yang belum tentu sesat, belum tentu ke neraka, bahkan hukum bid’ah dalam soal ini terbagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan hukum tujuannya.
Begitulah, al-’Utsaimin yang sangat dikagumi oleh Salafy Wahhabi akhirnya jatuh ke dalam lumpur tanaqudh (kontradiksi). Pada awalnya dia mengeluarkan tesis bahwa semua bid’ah itu sesat, tanpa terkecuali. Namun kemudian, dalam buku yang sama, ia tidak dapat mengelak dari realita yang ada, sehingga membagi bid’ah menjadi beberapa bagian sebagaimana pandangan mayoritas ulama.
Para ulama menyatakan:
“Orang yang memiliki ajaran batil pasti kontradiksi dengan dirinya sendiri. Karena Allah SWT telah berfirman: “Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. al-Nisa’ 82).
Andaikan, para tokoh Wahhabi selain Al-Utsaimin seperti Ibn Baz dan al‑Albani dan Arrabi’ yang dikagumi oleh Wahhabiyun mau rendah hati dan mengikuti para ulama besar seperti al-Imam al-Syafi’i, al-Khaththabi, Ibn Abdilbarr, al-Nawawi, Izzuddin bin Abdissalam, al-Hafizh Ibn Hajar dan lain-lain, tentu mereka tidak akan jatuh dalam lumpur tanaqudh dan tahrif.
Demikianlah kontradiksi dari pendapat Syaikh pujaan wahhabi, Al-Utsaimin, mengenai bid’ah yang semoga menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak mengikuti jalan yang ditempuh oleh Syaikh Al-Utsaimin dan Syaikh-syaikh wahhabiyyun lainnya.
Wallahu a’lam bishshowab.
Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharrom 1432 H.
Ada baiknya kita tidak membicarakan tentang cara menyambut datangnya tahun baru ini baik dengan gebyar gebyar sebagainama datangnya tahun baru 1 Januari maupun secara tradisional dengan cara membaca Yasinan dan Tahlil atau dengan cara membaca kitab " Barzazji " dan Sholawat di Musholla atau Masjid, karena semua itu tidak akan mempengaruhi rotasi waktu yang memang sudah menjadi Sunnatullah.

Akan tetapi kita harus melihat ke masa depan tanpa mengabaikan pengalaman masa lalu yang telah kita lewati. kita tentu tidak termasuk golongan orang yang kelewat mengagumi masa lalu, dan juga bukan termasuk yang pesimistis menghadapi masa yang akan datang.

Apa artinya dengan tahun 1432 Hijriyah itu …. ?
Yang pertama adalah bahwa sudah lebih dari 14 abad agama Islam telah memberikan kontribusi bagi kemanusiaan dan perkembanganya di dunia ini. Agama Islam yang telah diamalkan oleh pengikutnya, telah berperan secara aktif dalam proses pembentukan watak manusia berbudi luhur, berahlak mulia dan berilmu pengetahuan.

Sejarah umat manusia mencatat bahwa proses tersebut telah berlangsung pada paruh kedua millinium pertama atau babak seribu tahun pertama, dan paruh kedua pada millinium kedua (babak seribu tahun kedua)

Yang kedua Pewarisan ajaran Islam yang bersumber dari Wahyu (Al Qur`an) telah menjadi sumber daya manusia di bumi, sejak dari Rosulullah SAW, para sahabat, para tabi`in, para tabi`ut tabi`in, dan seterusnya hingga sekarang sosok manusia sebagai hamba Allah dan skaligus sebagai Kholifah Allah di muka bumi ini telah menjadi mata rantai dalam mengamalkan dan menjaga kemurnian ajaran Islam, yaitu membangun manusia yang jiwanya diisi dengan Iman, Akal/Intlektualitas manusia diisi dengan hikmah dan ilmu pengetahuan, prilaku hidupnya diisi dengan amal sholih dalam rangka ta`abud kepada Allah SWT. Maha suci Allah yang telah menjadikan dampak sumber daya Al Qur`an, yang dipahami dan diamalkan manusia terdahulu, telah mengubah masyarakat Jahiliyah Arab dari kegelapan. dan telah memberi Inspirasi dalam mengarahkan langkah aktifitas kehidupan manusia yang memiliki nilai transsendental sekaligus nilai universal bagi umat manusia.

Sebagai contoh, pada zaman keemasan Islam pada abad 8 – 14 dapat dikenang melalui peninggalan karya ilmuwan muslim yang hidup pada zaman itu (dalam bidang Astronomi) tidak sedikit yang bisa disebutkan, seperti peninggalan Observatorium non optik, Catalog nama bintang oleh Al Sufi (abad 10 / 903-896 SM), Ulugh Behgh (abad 13) merupakan contoh sumbangan umat Islam pada ilmu pengetahuan. Banyak lagi Ilmuwan seperti Nasiruddin at Tusi (abad 13). di Baghdad, Abdul Abbas al Saffah (abad 8), Harun Al Rosyid (abad 8-9), dan Al Makmun (abad 9) yang dikenal sebagai pendiri Taman Bacaan Hikmah. Dari Taman Bacaan itu ratusan buku buku Yunani, Persia, India dan sebagainya telah diterjemahkan dan dipelajari.

Proses transmisi pengetahuan dari zaman Pra Islam dan dikembangkan pada zaman Islam. Maka lahirlah sejumlah Ilmuwan Muslim abad 9-10 yang dikenal dalam dunia Barat seperti Al Khowarizmi (825 M), Al Buttani (900 M),Ibn Al Haitami (1000 M) Al Buruni (1000 M) dan masih banyak lagi.
Dari data sejarah kita tahu bahwa abad 8-14 kontribusi pengetetahuan didominasi oleh Ilmuwan muslim. itulah masa masa yang amat membanggakan. Namun setelah itu yang terjadi adalah Degradasi, sebab pada kurun waktu abad 14 hingga penghujung abad ke 2 M kontribusi Ilmuwan muslim pada Ilmu pengetahuan terus menurun. IPTEK dunia Islam terpuruk setelah mengalami masa keemasan. Dampaknya juga menimpa pada kwalitas hidup dan kwalitas beragama, peran Islam dalam Amar Ma`ruf nahi mungkarpun menjadi kurang berbobot.

Pengungkapan kembali kemunduran IPTEK di dunia Islam harus dimaknai sebagai Intropeksi dan menggugah diri kita sendiri disaat menyambut datangnya tahun baru Hijriyah sekarang ini. sebagaimana yang telah disebutkan diatas kita tidak akan menjadi orfang yang terlena dengan kejayaan Islam masa lalu, namun juga tidak menjadi penakut dalam menghadapi masa depan. kita harus bersikap proporsional, bahwa masa lalu adalah perjalanan yang openuh pengalaman  Experience is the best teacher  (pengalaman merupan guru yang terbaik) dan semua itu menjadi modal perjalanan kita menuju masa depan yang lebih baik

Mungkinkah Islam bisa BANGKIT …? Kembali mengejar ketertinggalan !  
Pertanyaan tersebut pasti menyangkut masa depan Islam dan Umat Islam, dan hanya kita sendiri yang yang harus menjawab.

Ada tiga hal yang dapat menghambat ketika kita ingin bangkit dari keterpurukan yaitu Kebodohan, Kemiskinan dan Keterbelakangan. ketiga hal ini adalah musuh kita bersama yang harus kita atasi, karena salah satu pilar penting kemajuan suatu bangsa adalah penguasaan terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan kata lain ketiga musuh kita bersama itu dapat ditaklukkan dengan penguasaan IPTEKyang dibungkus dengan Ahlakul Karimah. Semoga Allah memberikan pertolongan kepada kita agar kita semua, bangsa Indonesia mampu mengatasi segala persoalan yang melilitnya dan mampu bangkit menjadi bangsa yang jaya pada Millinium ke 3 ini Amien Ya Robbal `Alamien
Khoirun Mukri
Guru PAI SMP NU Karangdadap

Bahaya Menghina Orang Tua

Durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar. Dan sebaliknya, berbakti kepada orang tua merupakan amalan utama yang pahalanya besar. Berikut uraian Imam Adz-Dzahabi dalam Al-Kabair.

Allah ta’ala berfirman

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ


 إِحْسَانًا 

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya.” (Al-Isra': 23)

Berbuat baik kepada kedua orang tuamu artinya, memberikan bakti dan kasih sayang kepada keduanya.

إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ 

“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ (AI-Isra': 23)

Jangan mengatakan “ah” artinya, janganlah berkata-kata kasar kepada keduanya jika mereka telah tua dan lanjut usia. Selain itu, wajib bagimu untuk memberikan pengabdian (berbakti) kepada mereka sebagaimana mereka berdua telah memberikan pengabdian kepadamu. Sesungguhnya, pengabdian orang tua kepada anaknya adalah lebih tinggi dari pada pengabdian anak kepada orang tuanya. Bagaimana mungkin kedua pengabdian itu bisa disamakan? ketika kedua orang tuamu menahan segala derita mengharapkan agar kamu bisa hidup, sedangkan jika kamu menahan derita karena kedua orang tuamu, kamu mengharapkan kematian mereka

Allah melanjutkan firman-Nya,

وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا 


...Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-Isra': 23)

Yakni ucapan yang lemah lembut.


وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا 


“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’ (AI-Isra':24)

Allah Ta'ala berfirman,


أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ 


“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah engkau akan kembali (Luqman: 14)

Perhatikanlah -semoga Allah merahmatimu- bagaimana Allah mengaitkan rasa syukur kepada kedua orang tua dengan syukur kepada-Nya.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Ada tiga ayat yang diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak diterima salah satunya jika tidak dengan yang dikaitkannya:

1. Firman Allah Ta'ala, `Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul'. Maka barangsiapa taat kepada Allah namun tidak taat kepada Rasul, ketaatannya tidak diterima.

2. Firman Allah Ta'ala, `Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat'. Maka barangsiapa melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat, tidaklah diterima.

3. Firman Allah Ta'ala, Agar kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.' Barangsiapa bersyukur kepada Allah namun tidak bersyukur kepada kedua orang tua, tentu saja tidak diterima hal itu. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Keridhaan Allah ada di dalam keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua. (Diriwayatkan Tirmidzi dari hadits Abdullah bin Amr, hadits ini diperkuat oleh hadits Abu Hurairah).

Dalam sebuah hadits disebutkan, Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meminta izin untuk jihad. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, Apakah bapak ibumu masih hidup ? orang itu menjawab, Ya maka kata Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hendaklah kamu berbakti kepada keduanya [HR. Bukhari, Muslim)

Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada kedua orang tua lebih diutamakan daripada jihad?

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua"

Lihatlah bagaimana Allah mengaitkan antara menyakiti kedua orang tua, tidak adanya bakti kepada mereka dengan dosa syirik kepadaNya.

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim juga, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang durhaka (kepada kedua orang tua, orang yang menyebut-nyebut kebaikannya, dan yang kecanduan khamr"

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika Allah mengetahui sesuatu yang lebih hina dari ah' niscaya Allah akan melarangnya. Maka berbuatlah orang yang durhaka (kepada orang tua) semaunya, pastilah ia tidak akan masuk surga. Dan berbuatlah orang yang berbakti kepada orang tua semaunya, tidaklah ia masuk neraka"

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat orang yang durhaka kepada orang tua, Beliau bersabda lagi, Allah melaknat orang orang yang mencaci bapaknya. Allah melaknat orang yang mencaci ibunya. (Diriwayatkan lbnu Hibban dalam shahihnya dari hadits Ibnu Abbas). Beliau bersabda, Semua dosa ditunda (siksanya) oleh Allah semau-Nya hingga hari Kiamat kecuali durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya dosa durhaka disegerakan (siksanya) bagi pelakunya" (Diriwayatkan Hakim dari hadits Abu Bakar dengan sanad yang baik).

Yakni hukumannya di dunia sebelum hari Kiamat.

Ka'abul Ahbar Rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah menyegerakan kehancuran bagi seorang hamba jika ia durhaka kepada orang tuanya. Kehancuran itu merupakan siksaan baginya. Dan sesungguhnya Allah menambah umur orang yang berbakti kepada orang tua agar bertambah pengabdian dan kebaikannya kepada mereka"

Di antara bentuk pengabdian adalah memberi nafkah kepada mereka di saat mereka membutuhkan. Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, Wahai Rasulullah, ayahku ingin merampas hartaku. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Kamu dan hartamu untuk bapakmu"

Ka'abul Ahbar ditanya tentang durhaka kepada orang tua, Apakah !tu? la menjawab, "Yaitu jika ayah atau ibunya menyumpahinya, ia tidak mempedulikannya. Jika mereka menyuruhnya, ia tidak mentaatinya. Jika meminta sesuatu kepadanya, ia tidak memberinya. Dan jika diberi amanat, ia mengkhianatinya"

lbnu Abbas radhiyallahu anhuma ditanya tentang Ashabul-A’raf. Ia menjawab, Adapun A'raf, ia adalah sebuah gunung di antara surga dan neraka. Dikatakan A’raf karena ia lebih tinggi daripada surga dan neraka. Di sana terdapat pepohonan, buah-buahan, sungai, dan mata air. Adapun orang-orang yang menempatinya, mereka yang dulunya pergi berjihad tanpa izin dari ayah dan ibu mereka. Kemudian mereka terbunuh dalam jihad itu dan kesertaannya dalam perang itu menghalanginya dari siksa neraka. Sedangkan kedurhakaan kepada orang tua menghalanginya untuk masuk surga. Maka mereka bertempat di Araf tersebut hingga Allah memutuskan urusan mereka.

Dalam kedua kitab Shahih diriwayatkan, "Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak mendapatkan perlakuan baik? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, Ibumu. Beliau bertanya, Kemudian siapa? Rasulullah menjawab, Ibumu la bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? la menjawab, ibumu. la bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, 'Ayahmu. Kemudian yang paling dekat dan yang paling dekat

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengulangi kewajiban berbakti kepada seorang ibu hingga tiga kali sedangkan berbakti kepada ayah satu kali. Hal itu disebabkan karena derita yang dialami seorang ibu lebih besar dari pada yang dialami seorang ayah dan kasih sayang yang diberikannya juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi kalau dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan, menyusui, dan berjaga malam.

Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma melihat seseorang seseorang sedang memanggul ibunya dengan lehernya sambil mengelilingi Ka'bah. Orang itu bertanya, "Hai Ibnu Umar, apakah dengan demikian berarti aku telah membalasnya?" Ibnu Umar menjawab, "Belum sedikit pun kamu membalasnya, namun kamu telah berbuat baik kepadanya. Dan Allah akan membalas atas sedikit kebaikanmu dengan balasan yang banyak"

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada empat orang yang Allah harus tidak memasukkan mereka ke dalam surga dan tidak mereka mencicipi kenikmatannya: orang yang kecanduan terhadap khamr, pemakan riba, orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, dan orang yang durhaka kepada kedua orang tua kecuali jika mereka telah bertaubat" (Diriwayatkan Hakim dengan sanad shahih, namun AI-Mundziri mengatakan bahwa pada sanad hadits ini terhadap Ibrahim bin Khaitsam yang haditsnya matruk, tertinggal dan tidak diakui).

Seseorang datang kepada Abu Darda' Radhiyallahu Anhu dan berkata, Hai Abu Darda', sesungguhnya aku menikahi seorang wanita dan ibuku menyuruhku untuk menceraikannya. Abu Darda' berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda. "Orang tua adalah pintu tengahnya surga, jika kamu mau, hilangkan saja pintu atau jagalah".

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada tiga doa yang terkabulkan dan tidak ada keraguan padanya: doa orang yang didzalimi, doa orang yang bepergian, dan doa tidak baik orang tua terhadap anaknya"(Diriwayatkan Tirmidzi, Abu Dawud, dan Thabrani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Seorang bibi berkedudukan sama dengan ibu. Maksudnya dalam rangka rasa bakti, kebajikan, kemuliaan, hubungan, dan kebaikan. (Diriwayatkan Tirmidzi dan menilainya sebagai hadits shahih).

Dari Amr bin Murrah Al-Juhani berkata, Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku melaksanakan shalat lima (waktu), aku berpuasa Ramadhan, menunaikan zakat, berhaji
ke Baitullah. Maka apa yang aku dapatkan?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, "Barangsiapa melakukan hal itu ia bersama para nabi, orang-orang jujur, para syuhada, dan orang-orang shalih. Kecuali jika ia durhaka kepada orang tuanya" (Diriwayatkan Ahmad dan Thabrani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat kepada orang yang durhaka kepada orang tuanya"

Juga diceritakan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda, "Pada malam ketika aku diisra’ kan aku melihat beberapa kaum yang bergelantungan pada dahan-dahan dari api. Aku bertanya, Wahai Jibril, siapakah mereka itu?" Jibril menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang mencaci ayah dan ibu mereka di dunia"

Diriwayatkan bahwa barangsiapa mencaci kedua orang tuanya akan didatangkan kepadanya di dalam kuburan bara dari api sejumlah setiap titik air yang turun dari langit ke bumi. Juga diriwayatkan bahwa jika seseorang durhaka kepada orang tuanya. Nanti setelah dikubur, ia akan dihimpit kuburan itu hingga tulang-tulang rusuknya berhimpit.

Yang paling keras siksanya pada hari Kiamat nanti tiga orang: Musyrik, pezina, dan yang durhaka kepada orang tua.

Seorang laki-laki dan perempuan datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, mereka bertengkar tentang permasalahan anak mereka. Yang laki-laki berkata, Wahai Rasulullah, anakku ini keluar dari tulang rusukku. Yang perempuan berkata, Wahai Rasulullah, ia membawanya dengan ringan dan meletakkannya secara menyenangkan, sedangkan aku mengandungnya susah dan melahirkannya pun susah, aku juga menyusuinya dua tahun penuh. Akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memutuskan anak itu untuk ibunya.

Nasihat
Wahai yang mengabaikan hak-hak mulia ini, yang enggan berbakti kepada kedua orang tua bahkan durhaka kepada mereka. Wahai orang yang lupa akan kewajibannya, yang lalai kepada apa yang ada di depannya. Berbakti kepada kedua orang tua bagimu adalah agama, Anda menerlantarkan kewajiban ini dan mengekor kepada syahwat, menurut dugaanmu kamu mencari surga, padahal surga itu ada di bawah telapak kaki ibumu. la mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang terasa sembilan tahun. la menderita saat melahirkanmu, suatu penderitaan yang memilukan hati dan menyusuimu.
Demi kamu ngantuknya ditahan, dengan tangan kanannya ia membersihkanmu dari kotoran dan mara bahaya. la lebih mengutamakanmu dalam hal makanan. la menggunakan pangkuannya menjadi tempat landasanmu, memberikanmu kebaikan dan pertolongan. Jika sakit atau kepedihan menimpamu, ia menumpahkan rasa sayangnya secara habis-habisan. Kegelisahannya karenamu dan kegundahannya terus menemaninya,
jika demlakan harta miliknya untuk mengobatimu ke dokter. Jika ia diberi pilihan antara hidupmu dan kematiannya, tentu ia akan memilih kehidupan bagimu dengan suaranya yang lantang. Inilah kasih sayang ibu.

Sudah berapa kali kamu memperlakukannya secara kasar? Namun tetap saja ia mendoakanmu dalam kebaikan baik secara rahasia atau terang-terangan. Tatkala ia menua dan membutuhkan sesuatu kepadamu, rasanya ia menjadi beban paling berat bagimu. Kamu kekenyangan sedangkan ia kelaparan, kamu hilang rasa dahaga sedangkan ia kering kehausan. Kamu memberikan segala kebaikan kepada keluarga dan anak-anakmu di saat kamu melupakannya. Terasa berat bagimu urusannya, padahal ia mudah. Terasa panjang usianya bagimu padahal ia pendek. Kamu mengusirnya, sedangkan dada penolong selainmu. Ini sikapmu sedang Tuhanmu telah melarangmu mengatakan 'ah'. Allah mencacimu karena hak-haknya yang kamu abaikan dengan cercaan halus, bahwa -dalam dunia kamu akan dibalas dengan kedurhakaan anak-anakmu, sedang di dalam akhirat kamu dijauhkan dari Tuhan semesta alam. Allah memanggilmu dengan hina dan ancaman, Itulah (hasil) dari tanganmu (perbuatanmuj, dan sesungguhnya Allah tidak berlaku dzalim kepada hamba-hamba-Nya. (AI-Hajj: 10).

Bagi ibumu terdapat banyak hak atasmu. Apa yang banyak menurutmu sesungguhnya sangatlah kecil sudah berapa malam ia merasa memberatkanmu dan kamu mengadukan perihalnya dengan rintih dan keluh Jika kamu tahu betapa berat saat ia melahirkanmu karena berat beban itu hati terasa terbang melayang. Betapa sering ia menjagamu dari mara bahaya dengan tangan kanannya. Dan pangkuannya pun menjadi ranjangmu la mengorbankan jiwanya demi keluhanmu Dari susunya keluar minuman suci bagimu Betapa sering kamu menderita kelaparan dan dengan sepenuh tenaga la memberikan kasih sayangnya kepadamu di waktu kecilmu

Kasihan, mengapa orang cerdas mesti menuruti nafsunya Kasihan bagi yang buta hati sedangkan matanya melihat Berharaplah kamu terhadap semua doa-doanya karena terhadap apa yang didoakannya kamu membutuhkannya.

Kisah Al Qomah
Dikisahkan bahwa terdapat seorang pemuda yang dikenal dengan nama Alqamah, ia banyak berusaha mewujudkan ketaatannya kepada Allah dalam shalat, puasa, dan sedekah. Lalu ia ditimpa penyakit hingga kondisinya sangat parah.

Ia mengutus istrinya untuk menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Istrinya berkata, Suamiku, Alqamah sedang sekarat. Aku ingin memberitahukanmu wahai Rasulullah tentang keadaannya. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Ammar dan Shuhaib serta Bilal sembari bersabda, Pergilah kepadanya dan ajari ia syahadat.

Mereka pergi dan masuk ke tempatnya, mereka mendapatkannya telah sekarat. Para sahabat itu lalu mengajarinya mengucapkannya `la ilaha illallah' sementara lidahnya kelu dan tidak bisa mengucapkannya. Lalu para utusan itu mengirim seseorang menemui Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam untuk memberitahukan kepada beliau bahwa lisannya tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya,
"Apakah salah seorang dari kedua orang tuanya masih hidup?"

"Wahai Rasulullah, hanya ada seorang ibu yang sudah tua renta." Utusan itu menjawab,

Rasulullah mengutus sahabat tersebut untuk menemui ibunya, beliau berkata kepadanya, "Katakan kepadanya, apakah ibu bisa berjalan menemui Rasulullah? Jika tidak bisa, tinggallah ibu di rumah hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadamu."

 Lalu utusan itu datang kepadanya dan mengatakan kepadanya apa yang dipesankan Rasulullah kepadanya. lbu itu berkata, "Jiwaku untuk jiwanya sebagai tumbal, aku lebih berkewajiban untuk mendatanginya."

lbu itu bersandar kepada sebuah tongkat dan berdiri dengan bantuan tongkat itu untuk datang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau berkata kepadanya:
"Wahai Ibu Alqamah, berlaku jujurlah kepadaku, dan jika kamu berbohong, sebenamya telah datang wahyu dari Allah kepadaku. Bagaimana keadaan anakmu Alqamah?"

"Ya Rasulullah, ia banyak melaksanakan shalat, banyak puasa, dan bersedekah." Jawabnya

"Lalu bagaimana dengan dirimu?" Tanya Rasulullah saw.

"Wahai Rasulullah, aku sedang marah kepadanya. " Jawabnya.

"Mengapa begitu?"

"Wahai Rasulullah, ia lebih mementingkan istrinya daripada aku dan ia durhaka kepadaku."

"Sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah menjadi penghalang bagi lisan Alqamah untuk mengucapkan syahadat." Sabda Rasulullah saw.

Beliau berkata lagi, "Ya Bilal, pergi dan ambillah untukku kayu bakar yang banyak!"

"Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau lakukan?" Protes ibu Al Qomah.

"Aku akan membakamya dengan api itu di hadapanmu." Tegas Rasulullah saw.

"Wahai Rasulullah, hatiku tidak tahan melihat anakku dibakar di hadapanku.!" Rintih sang Ibu.

"Wahai Ibu Alqamah, siksaan Allah lebih dahsyat dan lebih kekal. Jika kamu senang kalau Allah mengampuninya, ridhailah ia." Nasehat Rasulullah saw.

" Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, Alqamah tidak akan mendapatkan manfaat dengan shalatnya, puasanya, dan sedekahnya jika kamu masih marah kepadanya."

"Wahai Rasulullah, aku mempersaksikan kepada Allah Ta'ala, para malaikat, dan semuanya, kaum Muslimin yang hadir bahwa aku kini telah ridha kepada anakku, Alqamah." Tegas Ibu  AL qomah.

Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Pergilah wahai Bilal dan lihatlah apakah ia bisa mengucapkan la ilaha illallah atau tidak!" Kemudian  Bilal pergi dan terdengar dari dalam rumah Alqamah mengucapkan la ilaha illallah.

Bilal masuk dan berkata, Wahai semuanya, sesungguhnya kemarahan ibunya menghalanginya untuk mengucapkan syahadat dan keridhaannya membuat lisannya mampu mengucapkannya. Kemudian pada hari itu juga Alqamah meninggal, Rasulullah hadir dan memerintahkan untuk dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Beliau juga menghadiri pemakamannya, lalu beliau berdiri di bibir kuburannya dan bersabda:

"Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang lebih mementingkan istrinya dibandingkan ibunya, maka ia mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat, dan semua manusia. Allah tidak akan menerima pengganti atau penebus kecuali ia bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dan berbuat baik kepadanya serta memohon keridhaannya. Karena keridhaan Allah ada pada keridhaannya dan murka Allah ada pada murkanya."

Dari kisah ini, kita memohon kepada Allah agar berkenan memelihara kita dengan keridhaan-Nya dan menjauhkan kita dari kemurkaannya. Sesungguhnya Allah Mahamulia dan Maha Dermawan. Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

Diambil dengan beberapa pengurangan dari “Al-Kabair” karya Imam Adz-Dzahabi

One Billion Trees (1Milyar Pohon)

Pencanangan Penanaman Satu Milyar Pohon (One Billion Trees) tahun 2010 oleh Pemerintahan Kabupaten  Pekalongan di pusatkan di kecamatan Karangdadap dan di tempatkan di SMK N Karangdadap pada hari Ahad tanggal 28 Nopember 2010.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Bupati Pekalongan Dra. Hj. Siti Qomariyah, MA., Wakil Bupati Pekalongan Ir. H. Wahyudi Pontjo Nugroho, MT., Dandim 0710 Pekalongan Letkol Inf. Benny Wahyudi H., Wakapolres AKP Sugeng Rawuh, Sekda Ir. H. Susiyanto, MM beserta asisten dan sebagian besar kepala SKPD, Camat se      Kabupaten Pekalongan, serta perwakilan Pelajar dan Guru SMK N Karangdadap dan SMP NU Karangdadap 

Dalam acara tersebut Bupati membacakan sambutan tertulis Menteri Kehutanan RI. Dimana, Menhut RI menyampaikan tentang keberhasilan gerakan penanaman pohon secara nasional yang diawal tahun 2007 berupa Aksi Penanaman Serentak Indonesia dengan target 79 juta batang dan Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon dengan target 10 juta batang telah terealisasi sebanyak 101 juta batang (113%)

.
saat itu kegiatan juga di pusatkan di kecamatan Karangdadap (Lap Pagumenganmas) dirangkai dengan Lomba Penghijauan lingkungan, baik lingkungan Kantor Kedinasan, Kantor Kecamatan maupun lingkungan Sekolah tingkat SMA/SMK dan SMP se Kabupaten Pekalongan dan Juara I tingkat Sekolah diraih oleh SMP NU Karangdadap -Red.

 Pada tahun 2008 target Aksi Penanaman Serentak Indonesia ditingkatkan menjadi 100 juta batang serta Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon dengan target 5 juta batang, telah teralisasi sebanyak 114 juta batang (108%). Tahun 2009 ditetapkan target Penanaman Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree) atau 230 juta batang telah dapat terealisasi sebanyak 251 juta batang (108%).
Bp Busro S Tirto, SE. Kepsek SMP NU Karangdadap menerima Tropy Juara I Penghijauan tingkat 
Sekolah se Kab Pekalongan dalam acara Indonesia Menanam th 2007 (Dok SMP NU Karangdadap)
Sementara itu, ketua penyelenggara Ir. Sumarno, MPI dalam laporannya menyampaikan bahwa tujuan kegiatan Penanaman Satu Milyar Pohon (One Billion Trees ) yaitu untuk meningkatkan kepedulian seluruh komponen bangsa akan pentingnya fungsi pohon untuk penurunan emisi gas rumah kaca dalam mengurangi pemanasan global dan mencapai pembangunan Indonesia yang bersih (clean development mechanism). Selain itu, tujuannya adalah untuk mengajak seluruh komponen bangsa untuk melakukan penanaman dan pemeliharaan pohon secara berkelanjutan untuk merehabilitasi hutan dan lahan.


Bp Busro S Tirto, SE berada diantara Camat, Kepala Desa dan tokoh se Kab Pekalongan dalam 
acara " One Billion Trees " tahun 2010 

Sumarno menambahkan bahwa untuk Kabupaten Pekalongan telah disalurkan ke seluruh kecamatan sebanyak 63.000 batang pohon, dengan jenis tanaman sengon, mahoni, glodogan pecut, mangga, dan durian. Khusus untuk penanaman di SMK Karangdadap berjumlah 119 batang, yaitu jati putih 44 batang, glodogan pecut 52 batang, bibit MPTS 23 batang dan bantuan bibit dari masyarakat sebanyak 10.880 batang pohon. 



Selesai pelaksanaan upacara, kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan pohon secara simbolis oleh Bupati kepada perwakilan komponen masyarakat, baik TNI maupun sipil hingga pelajar. Dan sebagai acara pamungkas, Bupati beserta Muspida dan segenap undangan dan peserta upacara melakukan penanaman pohon secara bersama-sama di lingkungan Sekolah SMK Karangdadap tersebut. 
Bupati Pekalongan Dra Hj Siti Qomariyah secara simbolis menyerahkan bibit pohon mahoni kepada salah satu wakil dari pelajar (red)
Khaerun, S.Pd.I.
Guru SMP NU Karangdadap